Oleh : Bagaskara
“Engkau benar, ya Rasulullah, dan saya percaya dengan apa yang telah engkau alami ( Isra Mi’raj ) tadi malam. Bahkan apabila engkau menceritakan pengalaman yang lebih jauh ( lebih hebat ) dari pada itu, saya mempercayainya tanpa keraguan sedikit pun!” Abu Bakar ra.
______________
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Isra 17: 1)
Isra mi’raj merupakan sebuah peristiwa iman dimana hanya dapat diyakini dengan iman karena tidak bisa ditafsirkan oleh akal bagaimana terjadinya. Peristiwa isra miraj terdiri dari 2 peristiwa yakni isra yaitu peristiwa diperjalankannya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan mi’raj yakni peristiwa naiknya Rasulullah dengan sadar bersama ruh dan jasadnya ke langit ke tujuh, ke sidratul muntaha. Perjalanan ini hanya membutuhkan waktu semalam. Maka dari itu bisa dibayangkan betapa cepatnya Rasulullah SAW malam itu sehingga mampu dalam semalam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu Ke langit yang ke 7.
Peristiwa ini bagaikan kilat karena kecepatan rasulullah dalam menuju tujuannya sangat tinggi hingga mungkin tak nampak oleh mata.
Dalam surat Al Baqarah Ayat 20 terdapat kata “الْبَرْقُ” yang artinya kilat. Bila kata kilat ini kemudian dijadikan kata benda yang artinya tunggangan yang sangat cepat untuk mencapai sebuah tempat atau tujuan maka berubah kalimatnya menjadi BURAQ. Lalu apakah itu BURAQ?
Hadis dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian isra mi’raj. Salah satu cuplikan kisahnya, وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ، دُونَ البَغْلِ وَفَوْقَ الحِمَارِ: البُرَاقُ
Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi dari pada keledai. Yaitu Buraq. (HR. Bukhari 3207)
Lalu bagaimana kah gambaran mengenai perilaku buroq tersebut? Hadis dari Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ، يُقَالُ لَهُ: الْبُرَاقُ، فَوْقَ الْحِمَارِ، وَدُونَ الْبَغْلِ، يَقَعُ خَطْوُهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ، فَحُمِلْتُ عَلَيْه
Kemudian dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan putih, namanya Buraq. Lebih tinggi dari pada keledai dan lebih pendek dari bighal. Satu langkah kakinya di ujung pandangannya. Lalu aku dinaikkan di atasnya.
(HR. Ahmad 17835, Muslim 164, dan yang lainnya).
Dari HR. Ahmad dan muslim tersebut dapat digambarkan betapa cepatnya Buraq ini bahkan satu langkah kakinya sama halnya dengan sekelebat pandangan. Maka dapat dianalogikan kecepatan dari tunggangan rasulullah saat isra’ dan mi’raj ini secepat kilat. Oleh karena itu tunggangan ini disebut sebagai BURAQ.
Dari riwayat hadits tersebut diatas maka dapat disimpulkan bagaimana bentuk dan sifat dari Buraq, antara lain:
1. Bentuknya seperti hewan tunggangan
2. Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari Bighal (Bighal merupakan hewan tunggangan hasil peranakan anara kuda dengan keledai)
3. Berwarna putih
Langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya.
Buraq ini banyak digambarkan oleh masyarakat sebagai makhluk yang memiliki sayap sehingga dengan sayapnya itulah ia dapat bergerak sangat cepat. Namun, gambaran mengenai Buraq yang bersayap ini belum dapat dipastikan kebenarannya karena belum ada ayat dan riwayat hadits shahih yang menjelaskan ini.
Sumber:
https://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/burog.htm#.WP2V5MYlE2x Penjelasan Tentang Buroq – Ustadz Adi Hidayat Lc, Ma, (https://youtu.be/t0ZX5rnnovg)
_________________
Ikuti kami juga di:
Instagram: kmt_ugm
Facebook: Keluarga Muslim Teknik UGM
Web: kmt.ft.ugm.ac.id